JAKARTA, KOMPAS — Bagi pelaku pasar global, rupiah masuk dalam kategori mata uang sampah atau sering disebut the worst currencies. Menurut pengamat pasar uang Farial Anwar, berdasarkan data yang didapatkan dari Bloomberg dan Fox menyebutkan, rupiah merupakan satu dari 10 mata uang di dunia yang dikategorikan mata uang sampah itu.
"Jangan marah, kita (rupiah) di dunia itu dianggap mata uang sampah karena nolnya kebanyakan," kata Farial dalam diskusi Indef mengenai "Proyeksi Ekonomi Indonesia 2011" di Hotel Century Atlet, Jakarta, Kamis (23/12/2010).
Adapun ke-10 negara yang mata uangnya dikategorikan mata uang sampah berturut-turut adalah Zimbabwe, Vietnam, Sao Tome dan Principe, Laos, Iran, Indonesia, Guinea, Turkmenistan, Paraguay, dan Zambia. "Jangan sampai rupiah nanti sama dengan mata uang Zimbabwe," kata Farial, disambut tawa peserta diskusi.
Mata uang termurah saat ini Zimbabwe. Maksudnya, satuannya berharga rendah dibandingkan dengan mata uang negara lain atau bisa juga dibandingkan dengan jumlah barang tertentu yang dapat dibeli. Beli sayur, misalnya, bisa sampai 1 juta dollar Zimbabwe. "Nol-nya terlalu banyak. Seperti rupiah, jangan 1 dollar AS nol-nya sampai ribuan," kata Farial.
Oleh karena itu, Farial termasuk yang orang setuju dengan usulan redenominasi rupiah yang pernah diwacanakan Bank Indonesia (BI). "Ini masuk dalam saran yang kami sampaikan soal pengelolaan kebijakan moneter," kata Farial.
Menurut dia, karena nol-nya terlalu banyak maka sering transaksi penukaran uang di luar negeri dengan rupiah kadang merepotkan. "Sekarang tanda tanya kalau kita menukarkan rupiah di luar negeri. Apakah mereka mau menerimanya?" kata Farial.
Dengan redenominasi, lanjut Farial, maka perhitungan dalam anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dan APBD akan lebih mudah.
No comments:
Post a Comment